Selain dikenal sebagai kota yang menyimpan semangat Jawa, Solo juga adalah kota yang tidak pernah tidur. Ungkapan tersebutlah yang membidani lahirnya Solo 24 Jam, sebuah video journey yang akan membahas tentang berbagai hal menarik di area Solo Raya.
Di episode pertama Solo 24 Jam ini, kita akan berkeliling Solo dalam sebuah petualangan kuliner dan budaya.
Pemberhentian pertama kami adalah di Car Free Day yang diadakan di jalan protokol Solo, jalan Slamet Riyadi. Car Free Day atau yang akrab disingkat dengan CFD sudah diberlakukan di Solo sejak tahun 2010 silam. Tiap Minggu pagi mulai jam 06.00 hingga jam 09.00, sepanjang jalan Slamet Riyadi berubah menjadi sebuah etalase publik yang mempertontonkan berbagai aksi unik dan menarik dari beragam elemen masyarakat.
Selepas dari CFD, kami memutuskan untuk mengisi perut sebelum memulai aktivitas. Timlo Sastro di Pasar Gede dipilih menjadi tujuan. Kami sudah membayangkan seporsi Timlo komplit sejak pagi tadi. Pilihan yang tidak salah. Energi telah terisi, kini waktunya pindah tempat. Kami lantas beranjak ke Solo Utara, atau lebih tepatnya ke daerah Mojosongo.
Kami akan mengunjungi Taman Hutan Lemah Putih. THLP sendiri merupakan spot yang tergolong baru di Solo. Didirikan di tahun 2016, THLP menyediakan berbagai fasilitas seperti pendopo, guest house, panggung alam terbuka hingga area memanah. Kami sempat mempelajari sedikit soal sound healing bersama Galih Naga Seno dan mempraktekkan Hatha Yoga bareng Boby Setiawan sebelum menyaksikan tarian di panggung alam terbuka Mandala. THLP buka setiap hari mulai jam 8 pagi sampai 9 malam. Coba cek akun Instagram mereka di (at)tamanhutanlemahputih kalau kamu tertarik.
Sepulangnya dari THLP, perut kami menggeram. Timlo pagi tadi sudah amblas terkena cuaca sejuk Mojosongo. Saatnya kembali ke tengah kota untuk mengisi amunisi. Kali ini destinasi yang kami pilih adalah daerah Singosaren. Sate Kambing Pak Manto sudah memanggil. Seporsi Rica Tengkleng siap masuk ke dalam perut. Jika kamu tidak memiliki pantangan mengonsumsi kambing, Warung Sate Kambing Pak Manto is definitely the place to be! Jangan lupa cicipi menu sate bundel mereka.
Oke, makan siang sudah. Kini saatnya kembali mengeluarkan tenaga. Olahraga air? Kenapa tidak? Umbul Ponggok, kami datang! Berlokasi di daerah Klaten, Umbul Ponggok, atau kerap disingkat Ponggok, adalah diving spot yang sudah populer. Ponggok kerap dikunjungi oleh mulai dari pengunjung biasa hingga pasangan pra-nikah yang ingin berfoto pre wedding bawah air.
Dari kolam air dengan kedalaman 2,6 meter, kami pindah lokasi ke ketinggian 2.930 mdpl. Dari Umbul Ponggok ke Oemah Bamboo, dari Klaten ke Boyolali. Oemah Bamboe adalah destinasi baru di New Selo Boyolali, sekitar 45 menit berkendara dari kota Solo. Sesuai namanya, Omah Bamboo merupakan sebuah bangunan menara pandang yang terbuat sepenuhnya dari bambu.
Sepulangnya dari Omah Bamboo, kami singgah sejenak di Omahe Wawin untuk melepas lelah. Bertempat di Utara kota Solo, Omahe Wawin adalah wedangan premium dengan konsep interior a la Bali. Sekali masuk ke dalam, kamu pasti akan merasa seperti berada di Ubud.
Malam harinya, kami berkeliling kota. Mulai dari makan malam di warung Sri Rejeki sampai menonton pagelaran wayang orang di Gedung Wayang Orang Sriwedari sebelum menutup perjalanan ini di wedangan Pendopo.