Keseruan Family Trip Gathering 2017 Wonderful Solo, 1-4 Agustus yang diadakan oleh Solo Raya Consortium menyenangkan hati para buyers biro wisata mancanegara dan domestik.


Start dari Megaland Hotel field trip di wisata Solo Raya ini menggunakan Sepur Kluthuk Jaladara. Kereta api lokomotif uap yang satu-satunya beroperasi di jalan utama kota Solo.
Fam Trip Gathering Wonderful Solo 2017 ini diikuti oleh 30 buyers dari travel agent berbagai daerah di Indonesia, Malaysia, Singapura, Hongkong, dan Thailand.


Perjalanan pertama dimulai dari Megaland Hotel Solo, berlanjut ke Stasiun Purwosari untuk merasakan sensasi naik lokomotif uap Sepur Kluthuk Jaladara. Salah satu ikon unggulan wisata Solo.

Sepur Kluthuk Jaladara dengan tenaga uap merupakan produksi Jerman dan satu-satunya yang masih dioperasikan di atas rel pada aspal jalan utama kota, satu-satunya di Indonesia, bahkan di dunia. Loco steam C1218 ini diproduksi di tahun 1896 oleh Rich-Hartmann. Mesin dioperasikan dengan tenaga uap dari bahan bakar kayu jati, dan tenaga cadangan air panas 3000 L, dan air dingin 6000 L. Perlu pemanasan mesin selama 3 jam sebelum dioperasikan.


Di perjalanan kami dipandu oleh Dinas Pariwisata dan Dinas Perhubungan. Peserta diajak mengunjungi wisata di Solo di antaranya Museum Radya Pustaka, Loji Gandrung (Rumah Dinas Walikota), dan Museum Batik Danar Hadi. Kereta berhenti di Stasiun Solo Kota untuk berputar arah menuju Soga Resto untuk menikmati makan siang.

Selain mengunjungi wisata kota Solo, field trip dilanjutkan ke Kampung Jamu Sukoharjo, Baki Village Duck Feeding, Wisata Andong di Baki, Museum Sangiran Kampung Purba, dan Candi Sukuh.
Tidak hanya berwisata, selama di Solo, buyers dapat merasakan stay over night di tiga hotel berbeda yaitu Megaland Hotel Solo, Fave Hotel Solo Baru, dan Hotel Indah Palace Tawangmangu.
Wisata Edukasi ke Sangiran Kampung Purba
Puas menikmati sajian wisata di kota Solo, beranjak ke 17 km arah Sragen, peserta FamTrip Gathering SRC 2017 menuju wisata edukasi ke laboratorium dunia Situs Manusia Purba Sangiran. Letaknya di Sragen, 45 menit waktu tempuh dari kota Solo.


Di Sangiran, ada satu museum induk di daerah Krikilan, Kalijambe, Sragen. Museum ini berisi beragam koleksi yang telah disajikan secara modern dalam rangka edukasi dan informasi bagi pengunjung museum. Temuan-temuan fosil maupun artefak, baik dari temuan warga maupun peneliti, dikelola di museum oleh Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran.

Selain museum induk atau utama di Sangiran, terdapat lima klaster pengembangan Sangiran sebagai Destinasi Wisata Dunia. Klaster Krikilan, sebagai pusat informasi tentang kehidupan manusia purba, tidak hanya di Sangiran melainkan di Indonesia. Klaster Ngebung menuajikan informasi tentang sejarah penemuan Situs Sangiran sejak ditemukannya alat-alat serpih yang pertama oleh G.H.R Von Koniegswald (1934) dan fosil manusia purba pertama (1936). Klaster Bukuran informasi tentang evolusi manusia secara lengkap. Klaster Dayu informasi tentang penelitian-penelitan mutakhir. Klaster Manyarejo informasi tentang penelitian lapangan dan temuan warga lokal.


Bukan hanya museum saja yang bisa membuat kita berdecak kagum akan pesona Sangiran Kampung Purba. Datang langsung ke lokasi temuan, dan nikmati sensasi seakan menjadi detektif zaman purba dengan menyusuri pedesaan yang penuh akan kekayaan informasi mengenai kehidupan manusia jutaan tahun lalu.
Mencicipi Ramuan Tradisional ‘Kampung Jamu Nguter’
Keseruan Family Trip Gathering Solo Raya Consortium (SRC) 2017 belum berakhir. Setelah keseruan menikmati Sepur Kluthuk Jaladara, hari kedua field trip peserta SRC 17 menuju ke bagian selatan Solo Raya, yaitu Sukoharjo. Di Sukoharjo, para pelaku pariwisata dari berbagai daerah ini berkeliling Kampung Jamu Nguter.




Kampung Jamu Nguter memiliki keunikan tentang sejarah jamu nasional, dengan kurang lebih 1000 orang yang berprofesi sebagai penjual jamu gendong. Kampung Jamu Nguter memiliki potensi jamu rumahan yang besar, selain itu telah terdapat 5 pabrik jamu yang ada di Nguter. Beragam merk jamu rumahan dengan kode usaha departemen kesehatan dan industri kecil banyak ditawarkan. Oleh pemerintah Kabupaten Sukoharjo dibuatkan patung Jamu sebagai icon dan pasar untuk menampung para pedagang jamu. Lokasinya berada di Jalan Raya Solo-Wonogiri, Pasar Nguter, Sukoharjo.
Kala itu zaman pemerintahan Kerajaan Mataram terpecah menjadi Keraton Ngayogyakarto dan Surokarto. Rumah sakit dengan pengobatan modern tak menjangkau warga pelosok desa. Seiring waktu, jamu yang mulanya dipikul seorang laki-laki, beralih dijajakan oleh wanita dengan cara digendong. Laki-laki kala itu tenaganya justru dialihkan menjadi petani. Jamu didominasi dengan kebutuhan jamu untuk perempuan, seperti saat mengandung atau melahirkan. Karena usaha ini menguntungkan, banyak perempuan yang akhirnya berminat untuk menjajakan jamu. Jamu gendong akhirnya lekat dengan perempuan bakul jamu yang berkeliling menawarkan jamu. “Mas, jamune maas..”
Setelah mencicipi segarnya ramuan beberapa jamu tradisional khas Kampung Jamu Nguter, peserta diajak berkeliling Kampung Wisata Baki dengan merasakan sensasi naik ‘Andong’. Andong adalah salah satu alat transportasi warisan budaya di Jawa, dengan menggunakan tenaga kuda, dikendarai oleh kusir. Satu Andong dapat memuat 1 orang kusir dan 5 orang penumpang.
‘
Suara sepatu kuda melaju lambat di tengah persawahan yang terbentang. Angin sepoi-sepoi dan sejuk khas pedesaan menuju rumah limasan dan menikmati makan siang dengan Nasi Liwet dan Cabuk Rambak. Seusai makan, peserta menuju ke Batik Indah. Batik khas daerah Baki, yang menyediakan aneka batik.
Tak hanya makan dan belanja, peserta mencoba untuk turun ke sawah duck feeding, melihat warga Baki menggembala kerbau, dan berinteraksi dengan masyarakat asli Kampung Wisata Baki.
Menikmati Sejuknya Hawa Pegunungan Di Tawangmangu, Kaki Gunung Lawu
Tak cukup rasanya sehari atau semalam saja untuk mengeksplorasi kota Solo. Di hari kedua field trip Solo Raya Consortium (SRC) 17, 3 Agustus peserta menikmati senja di jalanan berkelok-kelok dan dinginnya malam kawasan kaki Gunung Lawu. Menuju Tawangmangu, peserta FamTrip Gathering SRC 12 stay over night di Hotel Indah Palace Tawangmangu.
Sesampainya di Tawangmangu, peserta disambut dengan suhu udara dingin khas kaki Gunung Lawu 17°C. Biro wisata mancanegara dan domestik peserta SRC 17 mencicipi dinner sajian indonesian food dengan local barbeque. Tidak ketinggalan menu tradisional khas Solo wedang ronde, nasi bakar, dan bakso.
Wedang ronde merupakan minuman khas dari kota Solo. Semangkuk wedang ronde berisi air jahe dengan isian ronde, kolang-kaling, dan kacang tanah. Ronde sendiri terbuat dari bahan tepung ketan, tepung kanji, garam, kapur sirih, air hangat, teng-teng kacang, kacang tanah panggang. Wedang ronde dapat meningkatkan stamina dan merupakan minuman yang sangat cocok diminum saat musim dingin. Kombinasi air, jahe, serai, daun pandan, gula pasir murni sangat cocok untuk menghangatkan badan di suasana malam Tawangmangu yang dingin, ditambah sajian hiburan live music. Ada juga api unggun di Hotel Indah Palace Tawangmangu yang makin menambah hangatnya kebersamaan di malam hari.
Keesokan paginya, saatnya mengekplorasi wisata alam kaki Gunung Lawu. Peserta berjalan menuruni anak tangga untuk melihat air terjun Grojogan Sewu. Air terjun dengan ketinggian 81 meter ini sangat dingin dan sejuk airnya. Pepohonan rimbun menuju air terjun dihuni sekawanan monyet. Peserta pun menikmati kuliner sate kelinci dan jajanan pasar. Tak hanya itu, terdapat keseruan aktivitas outbond berupa flying fox di Grojogan Sewu.






Sebelum kembali pulang, peserta pun dapat membawa buah tangan atau oleh-oleh khas Karanganyar, yaitu Gethuk Semar. Getuk (gethuk) adalah makanan berupa kue jajan pasar yang terbuat dari singkong dikukus kemudian ditumbuk halus bersama gula merah atau gula kelapa lalu diiris-iris dan biasanya dihidangkan dengan parutan kelapa.
Wonderful Solo, Ayo ke Solo!