Genderang musik khas Prajurit Bergodo Kraton mulai terdengar dari balik Kori Kamandungan. Ini jadi pertanda bahwa barisan pembawa Gunungan Grebeg Besar mulai berjalan, Wanderers. Grebeg Besar itu apa sih?
Grebeg Besar merupakan acara peringatan Hari Raya Idul Adha oleh Keraton Surakarta Hadiningrat. Acara tahunan tiap tanggal 10 Dzulhijah, atau 10 Besar dalam penanggalan Jawa ini berlangsung siang sekitar pukul 10.30, 2 September 2017 siang tadi.
Grebeg (dalam bahasa Jawa gumrebeg: berarti suara riuh, ribut, dan keramaian yang berasal dari teriakan orang-orang) adalah upacara adat berupa sedekah yang dilakukan Kraton kepada masyarakat berupa gunungan.
Gunungan berbentuk mirip gunung berisi hasil bumi dan makanan yang dipikul oleh sekitar 20 prajurit abdi dalem berjalan tanpa menggunakan alas kaki menuju Masjid Agung Surakarta untuk diberi doa.
Ratusan abdi dalem, membawa dan mengiring gunungan untuk menuju Masjid Agung. Dari Kori Kamandungan, gunungan dibawa melalui Sitihinggil, melewati Pagelaran dan Alun-Alun Lor menuju ke Masjid Agung Surakarta.
Sesampai di Masjid Agung, warga tampak telah menanti kedatangan gunungan Grebeg Besar. Gunungan lantas didoakan oleh Ulama Kraton lalu diperebutkan oleh masyarakat yang mengharap mendapatkan berkah dari isi gunungan tersebut. Bagi sebagian masyarakat, bagian dari gunungan dipercaya dapat menghindarkan dari bahaya dan bencana.
Acara berlangsung khidmat meski panas terik, Prajurit Lombok Abang dengan kostum warna hitam dan merah, barisan pembawa Gunungan Grebeg Besar dan abdi dalem tampak khidmat mengikuti jalannya Grebeg.
Gunungan yang berisi hasil bumi (sayur dan buah) dan jajanan (rengginang) ini merupakan simbol dari kemakmuran yang kemudian dibagikan kepada rakyat. Pada upacara grebeg ini, gunungan yang digunakan bernama Gunungan Jaler (pria), Gunungan Estri (perempuan), serta Gepak dan Pawuhan.
Gunungan Jaler menjadi sasaran rebutan warga yang telah menanti sedari pagi. Sementara Abdi Dalem yang lain berusaha mengamankan Gunungan Estri. Tak kalah meriah, Gunungan Estri kemudian dibawa kembali berjalan menuju ke Kori Kamendungan dan diperebutkan pula oleh warga.
Tampak tersenyum bahagia ketika beberapa warga dan abdi dalem berhasil mendapatkan bagian dari isi gunungan baik sayuran berupa kacang panjang, cabai merah atau wortel. Makanan lainnya yaitu rengginang (makanan cemilan kering khas Solo), onde-onde ceplus, biskuit dan nasi komplit.
Tau gak sih? Gunungan punya makna filosofi beragam lho, Wanderers. Di antaranya Gunungan Jaler (laki-laki) berisi sayuran dan hasil bumi bahan pangan yang mentah. Ini sebagai perlambang suami yang harus mencari nafkah untuk menghidupi. Sedangkan Gunungan Estri (wanita), digambarkan dengan makanan olahan, ini pun jadi perlambang bahwa perempuan harus bisa mengolah, apapun hasil kerja suaminya.
Fyi, Wanderers! Kraton Surakarta setiap tahun mengadakan upacara grebeg sebanyak 3 kali, yaitu Grebeg Syawal pada saat hari raya Idul Fitri, Grebeg Besar pada saat hari raya Idul Adha, dan Grebeg Maulud atau sering disebut dengan Grebeg Sekaten pada peringatan Maulid Nabi Muhammad.
Jadi, kapan mau ke Solo?
Wonderful Solo, Ayo ke Solo!